
WAKIL Ketua Umum Bidang Advokasi dan Industri ALB Kadin Indonesia Achmad Widjaja menekankan ketahanan energi Indonesia harus dijadikan prioritas utama. Menurutnya, integrasi hulu, midstream, dan hilir migas harus segera diperkuat untuk mencegah fragmentasi pasokan dan distribusi.
“Ketahanan energi membutuhkan perhatian serius karena tanpa integrasi sektor migas, industri nasional akan terus kesulitan berkembang,” ucap Achmad Widjaja dalam diskusi Indonesian Gas Society White Paper 2025, Rabu (17/9).
Achmad juga menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh hanya mengandalkan batubara atau nikel saja. Menurutnya, gas harus menjadi bagian transisi energi rendah karbon agar keberlanjutan industri dan lingkungan tercapai.
“Batubara menghadapi hambatan besar, terutama karena standar ESG membatasi ekspor ke Eropa serta Amerika,” ujarnya.
Advisor Indonesian Gas Society, Daniel S. Purba, menambahkan bahwa potensi gas dari Andaman dan Masela sangat besar dan strategis. Ia memaparkan koordinasi institusional perlu diperkuat agar potensi tersebut tidak hanya menjadi angka, tetapi nyata di lapangan.
“Jika koordinasi tidak dipercepat, cadangan gas hanya terkunci tanpa memberi manfaat optimal bagi pertumbuhan industri,” ujar Daniel.
Daniel pun menyebut transisi energi rendah karbon tidak bisa diabaikan, gas harus berjalan bersamaan dengan energi terbarukan. Ia menyebut bahwa eksekusi efisiensi hulu-hilir, penguatan infrastruktur LNG dan jaringan pipa, kepastian regulasi, harga domestik, serta adopsi teknologi karbon rendah sangat krusial.
“Gas akan tetap menjadi pilar penting transisi energi rendah karbon menuju masa depan berkelanjutan,” tegas Daniel.
Sementara itu, Partner & Head of APAC Advisory Rystad Energy, Samuel Low, melihat bahwa harga gas yang tepat dan akses infrastruktur adalah faktor penentu keberhasilan monetisasi cadangan gas nasional. Menurutnya, meskipun potensi besar, jika proyek gas tidak ekonomis akan sulit menarik investasi.
“Harga kompetitif dan infrastruktur memadai akan menjadi kunci menjadikan cadangan gas Indonesia bernilai strategis global,” pungkasnya. (Cah/P-3)