loading…
Targeted attack dilakukan para penjahat siber untuk mengeksploitasi suatu sistem keamanan yang susah ditembus. Foto: ist
Salah satu kunci terkuatnya: dana dari RDN hanya bisa ditransfer ke satu rekening pribadi pemilik yang sudah terdaftar. Mustahil untuk dialihkan ke tempat lain.
Namun, pekan lalu, benteng yang dianggap mustahil ditembus itu jebol. Sebuah aksi peretasan canggih berhasil menyedot dana nasabah hingga mencapai nilai fantastis Rp70 miliar dari RDN di PT Panca Global Sekuritas (PGS) yang menggunakan BCA sebagai bank kustodian.
Insiden ini sontak mengirimkan gelombang kejut ke seluruh industri pasar modal Indonesia dan memicu investigasi cepat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pertanyaan besarnya: bagaimana para peretas berhasil melewati berlapis-lapis gembok keamanan yang seharusnya super aman?
Rentetan Peristiwa dan Sikap Saling Jaga
Kepanikan mulai merebak pada Jumat (12/9) ketika kabar ini mencuat. OJK, melalui Deputi Komisioner I. B. Aditya Jayaantara, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan dan segera menggelar rapat koordinasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Pihak-pihak terkait pun segera merilis pernyataan yang terkesan defensif. BCA, melalui Corporate Secretary-nya I Ketut Alam Wangsawijaya, menegaskan, “Dapat kami pastikan bahwa sistem BCA aman.” Mereka menyatakan investigasi sedang berjalan.